Terduduk karena kalap, nafas engap, semua karena gemerlap, isi kepala penuh suara derap, ingin bersedekap, tangis yang harusnya meluap kini harus di sekap. Lalu hari-hari setelahnya harus meratap dalam redup yang senyap, berharap dengan terlelap semuanya bisa lenyap
Mura
Hai, Terima kasih sudah luangkan waktumu untuk singgah disini. Pesanku tetap jadi orang baik
Selasa, 10 Agustus 2021
B*jingan
Aroma selepas hujan
Mengingatkanku pada seorang bajingan
Yang pernah ku jadikan angan
Figur wajahnya yang berantakan
Itulah yang saat ini kurindukan
Pelarian
Kontradiksi antara logika dan perasaan seringkali jadi persoalan ujung-ujungnya jadi beban dan tekanan padahal keduanya tidak mengandung keterpaksaan, akhirnya liburan dijadikan pelarian
Dari Mata Turun ke Hati
Mata dan hati sebenarnya tak ada relasi namun sering kali berkoalisi membentuk ilusi basi yang tak punya rasionalisasi
Hantu Senja
Sinar redup mentari senja itu
la berlalu bagai hantu
Aku menunggu dibalik pintu
Mungkin dia akan menatap rumahku
Denting waktu
la berlalu tanpa sepatu
Aku membatu dimakan waktu
Mungkin dia yang disebut ibuku calon menantu
Denting waktu
la lenyap bagai hantu
Aku kembali terpaku pada waktu
Mungkin dia dan aku akan ditakdirkan menjadi satu
Di kremasi
Kau berdasi tapi egomu sekeras besi
Yang kita pikir sama-sama perut terisi
Namun kau penuh dengan arogansi
Dulu kau bilang akan berdedikasi
Dulu kau bilang akan antikorupsi
Dulu kau bilang akan berkontribusi
Rakyat mu berkompetisi untuk sesuap nasi
Jelata menjadi kaya hanya ilusi
Jelata tak bernasi akhirnya di kremasi
Sedang kau sibuk berekreasi
Ngopi -,
Ngopi itu sambil diskusi dan berkreasi bukan cerita basi dan mendiskriminasi habis ngopi bukannya dapat edukasi malah nuranimu yang erupsi. Mangkanya ngopi jangan sama satu fraksi aja, giliran pandangannya di dekonstruksi bukannya observasi malah kena hipertensi dan menjustifikasi, Yang kau butuhkan sekarang bukan sekedar alat pengukur tensi tapi sebuah revolusi.
Jumat, 31 Juli 2020
Satu Cinta Bermili Darah
Kahi itulah namanya, nama yang hanya terdiri dari 4 huruf, nama yang tidak memiliki arti kata ibunya, nama itu "kuberikan karena unik saja" kata ibunya. Perempuan 25 tahun ini adalah seorang wartawan yang bekerja disebuah kantor Surat Kabar Dia biasanya mengambil dan menulis beritanya sendiri karena dia suka dua hal itu oleh karena itu bosnya langsung menjadikannya pegawai tetap tanpa pertimbangan, bosnya tidak harus menghabiskan uang lagi untuk menggaji fotografer ataupun penulis, Kemampuan Kahi juga tidak bisa diragukan dia ahli dalam segala bidang fotografi tulis menulis bahkan gambarannya sangat bagus meskipun bukan lulusan dari perguruan tinggi ternama dia mampu bekerja di perusahaan berstandar internasional.
“Ma aku pergi kerja”Teriak Kahi
“Iya hati-hati”
Kahi pergi setelah berpamitan dengan ibunya, hari ini dia harus datang tepat waktu karena dia harus menyelesaikan berita tentang kekeringan di Papua, hari ini juga di kantornya akan kedatangan bos baru. Dia mengendarai motornya di hiruk-pikuknya kota, tak sampai 5 menit perjalanannya terhenti karena ada kerumuman orang ditengah jalan. Orang-orang dengan beragam tingkah laku dan raut wajah, ada yang sedang memegang ponsel seperti sedang merekam, ada yang berdiri dengan raut wajah ngeri, ada yang hanya berdiri mematung, ada pula yang hanya lewat lalu lalang tanpa peduli. Kahi turun dari motornya lalu menerobos kerumunan orang itu, ditengah kerumunan orang itu ada seorang wanita muda berumur sekitar 20 tahun yang tergeletak tak sadarkan diri dan seorang remaja wanita yang menggunakan seragam sekolah putih biru terlihat sesak nafas.
“Permisi”, kata Kahi
Dia lalu memperkenalkan dirinya kepada kerumunan orang itu
“Perkenalkan saya Kahi ijinkan saya membantu korban” Kata Kahi kepada kerumunan orang itu
“Ya, ya silahkan” Teriak seorang wanita tua dengan raut wajah khawatir.
Kahi meminta wanita itu menelpon ambulan sementara ia memberi pertolongan pertama pada kedua wanita itu. Dengan posisi penolong dia menyandarkan remaja wanita itu di kakinya dan mencoba menenangkannya dan memberinya inhaler yang ada dikantong siswi itu tak sampai 5 menit nafas siswi itu pun kembali normal dan dia meminta wanita tua tadi untuk mendampingi sisiw itu. Dia lalu pergi ke wanita yang tak sadarkan diri tadi dan menciba memeriksa keadaanya, ternyata wanita itu pingsan dan ada luka robek di kakinya.
“Apakah ada yang memiliki kotak P3K”. Teriak Kahi
“Saya memilikinya, saya akan ambilkan” Teriak seorang Pria paruh baya sambil mengangkat tangannya.
Sambil menopang kaki wanita itu agar sadarkan diri, Kahi meminta wanita tua tadi untuk membawa siswi tadi keluar dari kerumunan, tak lama setelah itu pria paruh baya itu datang dengan kotak P3Knya, Kahi lalu membersihkan lukanya dan menghentikan pendarahan lukanya, lalu ia mrembalutnya dengan kasa. Tak lama setelah itu ambulan datang dan kedua korban di evakuasi, Kahi mengikuti ambulan itu dari belakang menggunakan motornya. Mereka sampai di rumah sakit dan korban segera ditangani, tak lama keluarga dari kedua wanita itu datang, dan Kahi pun pergi meninggalkan rumah sakit. Dia tiba dikantornya pukul 9.38 pagi dan dia sudah terlambat.
“Dari mana saja kau, Bos kita yang baru sangat tampan dan baik, kau benar-benar gila datang terlambat saat hari kau harus memberi kesan pertama yang bagus” Kata Aspi salah satu rekan kerja Kahi sekaligus orang pertama yang menjadi temannya di kantor itu.
“Aku bangun kesiangan, lagi pula kesan pertama itu tidak begitu penting, kesan pertama bos tidak akan berpengaruh pada Kinerjaku ”. Kata Kahi
“Ya, ya, ya, pantas saja Pak Lukman memutuskan membuka restauran dan berhenti bekerja dibidang ini, rupanya dia lelah menghadapi karyawan sepertimu” Jawab Aspi dengan nada mengolok, Sambil memutar-mutar pulpen berwarna pink ditangannya.
“Ngomong-ngomong siapa nama bos baru kita?” Tanya Kahi
“Yansen Polypion” Kata Aspi
Ketika mendengar nama pria itu kahi tiba-tiba teringat masa kuliahnya saat itu kahi tahu harinya akan panas, dia bangun dan langsung mandi lalu bersiap-siap, "kahi sudah jam berapa ini nanti telat" terdengar suara wanita dia ibu kahi. Kahi mengambil almamater kebanggaannya yang sudah ia setrika tadi malam lalu keluar menemui ibunya yang sudah menunggu kahi untuk sarapan
"Lah tumben pake almamater"
"Iya bu, hari ini kahi ijin soalnya bakal ikut Demo"
"Kamu itu lo sudah ibu sudah wong nda usah ikut begituan lagi kamu anak perempuan to nak nak nanti kalo kenapa-kenapa disana gimana"
"Gak lah bu, kahi bisa jaga diri kok, ibu bantu doa aja semoga setelah kahi ikut demo ada perubahan" sambil berbicara kahi berdiri dan mengambil kameranya di atas lemari sepatu
"Kahi pergi dulu buk"
Kahi pergi meninggalkan rumah, mereka berkumpul di lapangan besar dekat kantor DPR saat kahi sampai sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi di lapangan itu, kahi memarkir motor lalu langsung pergi kebarisan yang tengah tunduk berdoa, "selesai" kata mahasiswa yang akan memimpin demo hari ini, tak sampai 20 menit mereka sampai di depan kantor DPR, nyanyian teriakan orasi dari mahasiswa. Kahi mengabdikan semua kejadian hari itu, sudah 4 jam mereka disana namun tak ada aparat pemerintah yang keluar dari gedung itu, hari mulai panas suasana pun ikut memanas, barisan depan mulai mendorong barisan polisi yang menghalangi jalan masuk kahi mengabadikan itu dari jauh. Saat asik mengambil foto tiba-tiba seorang pria datang lalu membalikkan badan kahi lalu merangkulnya mundur dari kerumunan sambil berteriak "mundur gas air mata, semuanya mundur", kahi sangat jelas melihat wajah pria itu, wajah yang tak asing wajah yang selalu kahi diam-diam lihat ya dia adalah pria yang diam-diam kahi sukai namanya Yansen. Semua mundur, lucunya di tengah kerumunan manusia dia memilih kahi untuk diselamatkan. "Satu komando, yang perempuan stay disini yang laki-laki ayo maju" kata mahasiswa pemimpin demo itu, kahi lalu berteriak "hati-hati bang" kepada Yansen, Yansen tersenyum lalu pergi.
“Apakah dia pria yang sama?” tanya kahi dalam hatinya. Suara alarm jam Bobi menyadarkan Kahi dari lamunannya lalu melanjutkan pekerjaanya.
Jam menunjukkan 12.00 waktunya makan siang, Kahi, Bobi dan Aspi pergi ke kantin perusahaannya untuk makan siang. Seorang wanita melirik tajam ke arah Kahi.
“Aysss”, Teriak Kahi sambil menghempaskan burgernya ke nampan besi diatas mejanya. Nampak semua orang menatap kebingungan ke arah meja mereka. Aspi bertanya kepada Kahi namun Kahi hanya diam sambil menatap kesal ke arah wanita itu. Bobi yang mengerti dengan keadaan tersebut lalu mencolek Aspi dan mencoba menghentikan Kahi “Kahi berhenti semua orang menatap kita” bisik Aspi yang tampak panik sambil melihat keadaan sekelilingnya. Kahi pun melanjutkan makannya. Jam makan siang berakhir mereka kembali ke kantor mereka di dalam lift Aspi memulai percakapan
“Apa kalian belum damai?” Tanya Aspi
“Aku sudah berusaha melupakan wanita brengsek itu, namun tampaknya dia tidak ingin berbaikan denganku, andai saja aku bisa menonjok wajahnya tadi” Jawab Kahi kesal.
Wanita itu bernama Stella sastu-satunya orang yang membenci Kahi secara terang-terangan, masalah di mulai saat mereka masih menjadi magang di kantor yang sama, dia pernah mencuri artikel yang Kahi buat dan menyebarkan berita bahwa Kahi terpilih menjadi pegawai tetap karena dia berselingkuh dengan bosnya namun semua itu dapat Kahi buktikan ketidakbenarannya, Kahi dan Stella juga pernah berkelahi fisik di atap perusahaan mereka. Sekarang Stella bekerja di bagian penyiaran perusahaan mereka.
“Ting” Bunyi lift berhenti
Seorang pria dengan setelan jas merah tua didampingi oleh pria yang sedikit lebih tua masuk ke dalam lift Bobi dan Aspi menyapanya sambil menyikut lengan Kahi, Ya dia adalah bos baru Kahi, Yansen di dampingi sekertarisnya. “Saya Kahi” sapa Kahi dingin sambil mencoba mencocokan wajah Yansen bosnya dengan Yansen pangerannya ketika kuliah, ya ternyata mereka orang yang sama, namun tampaknya Yansen tidak mengenali Kahi. “Oh tuhan ku pikir kau adalah preman yang datang untuk wawancara” Gurau Amor sekertaris Yansen kepada Kahi yang saat itu menggunakan celana hitam robek dan atasan kaos dilapisi jaket kulit berwarna hitam dengan sneakers berwarna putih, Kahi dan Yansen hanya tersenyum sedikit sedang kedua rekan kerjanya Aspi dan Bobi tertawa terbahak-bahak. Belum sempat Aspi menimpa perkataan Amor lift berbunyi dan Yansen dan Amor keluar dari lift tersebut diikuti Kahi dengan Bobi.
“Ma aku pulang” kata Kahi waktu menunjukkan 7 malam, seperti biasa dia langsung mandi dan makan malam bersama mamanya, selesai makan malam Kahi duduk di teras rumahnya sambil menikmati segelas es kelapa dan pisang goreng dengan sambal kacang. Ponsel Kahi bergetar di layar ponselnya tertulis Pesan
“Kahi, bagaimana tawaranku untuk ke Suriah? Ya atau Tidak kau harus memberitahuku 3 hari lagi” Kata Endi Salah satu kenalannya di Perusahaannya namun Endi bekerja di bagian Penyiaran, Sudah beberapa minggu ini Endi meneror Kahi dengan pesan yang sama, Kahi bukannya tidak tertarik hanya saja Kahi harus benar-benar memikirkan tawaran itu bayarannya sesuai dengan resiko yang akan Kahi hadapi di lapangan nanti. Suriah salah satu negara yang terletak di Timur Tengah. Berbatasan dengan Turki, Irak, dan Yordania. Suriah negara yang saat ini sedang mengalami Konflik perang, aksi saling tunjuk siapa dalang serangan-serangan yang menimpa Suriah, saling menyalahkan antar negara tetangga. Kahi perlu pikir panjang apalagi mamanya sudah tua harus tinggal sendiri jika Kahi pergi, malam itu Kahi mencoba membicarakan hal ini dengan mamanya, panjang lebar Kahi menjelaskan mamanya hanya berkata “Itu pilihanmu, kau pasti tau mana yang baik dan buruk untuk dirimu, mama bisa mengurus diri mama sendiri, pergilah jika kau ingin!” dengan lembut sambil mengelus paha Kahi. Malam itu Kahi habiskan untuk memikirkan hal itu.
Di cermin tampak bayangan Kahi menggunkan hoodie hitam, celana berwarna coklat muda dan sepatu sneakers, Kahi mengambil topinya yang tergantung dibelakang pintu, ya pagi ini Kahi mendapat kabar dari teman SMAnya yang sekarang menjadi polisi terjadi pembunuhan di salah satu toko bunga didekat perusahaanya, jadi dia harus bergegas untuk menulis dan melaporkan berita tersebut. Kahi sampai dikantornya ketika lewat toko bunga itu belum ada wartawan yang datang dan hanya ada petugas polisi yang berjaga di pintu masuk, dan beberapa warga sekitar yang berdiri didepan toko bunga itu.
“Aspi kau sudah baca pesan yang ku kirim?” tanya Kahi
“Tentu” jawab Aspi
Kahi dan Aspi pergi ke TKP disana Aspi mencoba mewawancarai warga sekitar dan polisi yang bertugas, sedang Kahi sibuk memotret TKP, tak lama teman SMA Kahi Hido yang sekarang adalah Polisi bagian penyidik datang dan menyapa Kahi, Kahi pun meminta keterangan pada Hido, “Kami sudah mencoba menyelidikan orang terdekat korban dan mencoba meminta keterangan dengan warga sekitar, yang pasti pembunuhan ini dilakukan karena dendam yang kami ketahui setelah dilakukannya autopsi” Kata Hido, tak lama setelah itu beberapa wartawan datang, Kahi dan Aspi kembali ke kantornya untuk menulis berita tersebut, setelah selesai menulis Kahi mendatangi ruangan Yansen dan menjelaskan secara singkat berita yang mereka dapat hari ini, setelah mendapat persetujuan dari Yansen, Kahi langsung menerbitkan berita itu di halaman resmi kantor mereka.
“Do kapan senggang, aku mau traktir karena sudah kasih berita eksklusif” Kahi mengirim pesan teks kepada Hido. Tak sampai 1 menit Hido membalas pesan Kahi “Wah dengan senang hati, kapan lagi aku bisa makan makanan yang di belikan musuh ku di SMA wkwkwk, Bagaimana dengan besok malam?”, Kahi tersenyum membaca pesan itu dan menyetujuinya.
“Apakah itu pesan dari Polisi tadi?” Tanya Aspi sambil tersenyum mengejek Kahi
“Hah polisi yang mana?, Apakah Kahi punya pacar?” Tanpa sempat Kahi menjawab Bobi bertanya dengan nada kaget dan sedikit berteriak.
“Apa kalian gila? Andai saja kalian bukan temanku sudah ku jahit mulut kalian berdua!” kata kahi sedikit kesal sambil memonyongkan bibirnya, Aspi dan Bobi tertawa terbahak-bahak, ditengah tawa Bobi dan Aspi Yansen keluar dengan sekertarisnya “Ayo” kata Yansen sedikit berteriak dengan wajah dinginnya, Kahi dan semua rekan kerjanya tampak bingun dan terdiam sampai mereka bisa mendengar suara detik jam Bobi, “Ayo tunggu apa lagi, Yansen, ah salah, Pak Yansen akan mentraktir kalian makan siang” kata Amor sambil tersenyum manis. Kahi dan rekan kerjanya yang lain yang tadi tampak bingung dengan terburu-buru berdiri dan mengikuti Yansen. Mereka sampai direstauran bintang 5 dekat perusahaan mereka.
“ini pertama kalinya aku pergi ke tempat seperti ini” bisik Kahi pada Aspi
“aku pun sama” jawab Aspi yang tanpak sedikit khawatir
“Tenang saja aku sudah sering ke tempat seperti ini aku akan mengajarkan kalian” bisik Bobi diantara telinga Kahi dan Aspi. Kahi kaget dan langsung meninju lengan Bobi. Mereka tiba di di meja yang sudah dipesan Yansen, Meja panjang dari pohon jati, di tengah-tengahnya ada vas bunga yang beralaskan taplak beludru berwarna biru tua, dinding-dindingnya di cat putih dan pilar-pilar seperti istana, jendelanya menghadap ke jalan raya dengan ornamen bunga di sisi kiri dan kanannya, ditengan restauran tersebut terdapat patung angsa berwarna emas. Makanan mulai di hidangkan jejeran sayur dan daging sapi ditengah meja diletakkan panci berasap, Kahi mulai menyatap satu-persatu hidangannya, Bobi asik mengabadikan gambar makanan-makanan di atas meja, sedangkan Yansen hanya diam terpaku melihat ke arah Kahi. Sadar sedang di awasi Kahi berhenti makan dan terlihat canggung, hal ini berlangsung sampai makanan di atas meja di babat habis oleh rekan kerja Kahi. Mereka kembali ke kantor tepat pukul 2 siang, Kahi kembali ke mejanya dan mulai bekerja lagi.
Malam itu Kahi menggunkan kaos merah gelap, dilapisi dengan jaket jeans dengan bawahan celana hitam model retro dan sepatu boots dengan tinggi hak 3 cm. Kahi mulai mengendarai motornya ditengah ramainya kota, lampu-lampu jalanan, kota yang tak pernah sepi bahkan pada saat jam 2 pagi. Kahi sampai ditujuan. Cafe dengan nuansa tradisional, ukuran-ukiran di kayunya khas suku asli kalimantan. Kahi masuk ke dalam cafe tersebut, didalam cafe tersebut 5 orang pelanggan.
“Halo ibu” sapa Kahi pada pemilik cafe tersebut yang sedang duduk di kursi kasir, “Eh Kahi sudah lama ya”, mereka sedikit berbincang perihal masa SMAnya dulu, tak lama Hido datang dan mereka duduk dikursi dekat jendela. Mereka sudah selesai memesan. “Do, gimana kasus kemaren sudah ada titik terang?”, tanya kahi. “Sepanjang penyelidikan ini kami sudah mngetahui ciri-ciri tersangka dari pemilik toko nail art disebrang toko bunga itu, namun kami masih belum menemukan orang yang cocok dengan ciri-ciri itu, sudahlah jangan membuatku pusing” penjelasan Hido
Kahi yang tak puas kembali bertanya lagi “Memangnya bagaimana ciri-ciri tersangka kasus pembunuhan itu?”
“Apa kau ingin menjadikannya berita?” tanya Hido
“Tidak aku hanya sedikit tertarik pada kasus ini, siapa tau dijalan aku berpapasan dengannya dan akan langsung ku sergap dia “ jawab Kahi dengan sedikit bercanda. “Awas memang kau menerbitkan ini dalam beritamu” ancam Hido
“Tidak!” jawab Kahi tegas
“Menurut keterangan pemilik toko itu, malam setelah pembunuhan itu dia melihat seorang lelaki keluar dari toko bunga itu tingginya sekitar 168 cm, usianya sekitar 30 tahunan, malam itu dia mengenakan setelan jas berwarna merah gelap, rambutnya rapi, tapi sayang dia tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya dan malam itu sedang mati lampu semua cctv mati dan itu yang menghambat penyelidikan kami” Kata Hido sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pesanan mereka datang, dan mereka mulai memakannya sambil sesekali berbincang tentang masa-masa SMA mereka.
Pagi itu Kahi bangun dengan mata sembab, kamarnya dipenuhi sampah kertas, dindingnya dipenuhi memo dan foto-foto orang. Kahi membantu menyelidiki kasus yang sedang diselidiki Yansen. Dia melamun sebentar lalu menatap jam merah muda yang tergantung di atas pintu kamarnya jam menujjukan pukul 9.30 Pagi, Kahi masih melamun, suara ayam berkokok menyadarkan Kahi, dia sudah terlambat diapun bergegas bersiap-siap untuk bekerja. Sampai dikantor Kahi masih melamun, Aspi menyenggol siku Kahi “Apa yang kau lamunkan” Tanya Aspi, “Kau ingat tidak tawaran ke Suriah? Aku masih bingung haruskah aku pergi atau tidak dan aku harus memberi jawabannya malam ini” Jawab Kahi. “Pergilah!” Kata Aspi, kahi hanya tersenyum sambil menatap kosong ke arah komputernya. Yansen dan Amor baru datang karena pagi itu dia harus menghadiri rapat bersama eksekutif perusaan mereka. Kahi dan rekan kerjanya mulai bekerja.
Kahi, Aspi dan Bobi terlihat berdiri didepan Lift, ponsel Kahi berdering ternyata itu adalah telepon dari Hido, Hido memberitahu bahwa satu-satunya saksi pemilik toko Nail Art itu terbunuh tadi subuh, Kahi memberitahu Aspi dan memintanya untuk mengambil Kamera, sedang Kahi langsung pergi menuju TKP. Sesampainya di TKP Kahi menemui Hido dan mulai bertanya, mereka sedikit berbincang Hido tampak kebingungan, tak lama Aspi datang dan mulai memotret setelah mendapat ijin dari Hido selaku kepala penyelidikan kasus tersebut. Mereka kembali ke kantor pada pukul 4 sore, seperti biasa Kahi mulai menulis berita tersebut. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Kahi dan Aspi masih mengerjakan berita itu. Kahi sedikit berbincang dan memberitahu Aspi bahwa Pemilik toko nail art itu adalah satu-satunya saksi dalam kasus tersebut, Kahi juga memberitahu Aspi ciri-ciri Tersangka pembunuhan itu. Mereka tidak pulang malam itu.
Sinar matahari pagi masuk memlalui jendela kantor mereka, Aspi tidak ada dikursinya dan Kahi duduk menatap jendela besar kantornya sambil menyeruput kopi. “Apa kau tidak pulang?” tanya Bobi yang baru datang sambil meletakkan tasnya diatas kursinya, “Tentu, aku harus berusaha.....” kata kahi seperti sedang mengiklankan Kopi, “Astaga aku lupa” teriak Kahi sambil terburu-buru mengecek ponselnya, 32 panggilan tat terjawab, dan ada 13 pesan masuk. Kahi lupa memberi jawaban yang ia janjikan perihal tawaran ke Suriah, ia lalu mengirim pesan dan menyetujui jawaban tersebut tanpa ragu. Pagi itu berita tentang pembunuhan kembali menghiasi laman surat kabar perusahaan mereka. Aspi kembali dari kamar mandi dan tampak sedang bertelponan, “Kahi ayo berangkat ada berita baru” Kata Aspi sambil tergesa-gesa. Kahi sigap mengambil kamera dan topinya. Mereka pergi kekomplek elit dikota itu, komplek yang hanya dihuni oleh orang-orang menengah atas. Mereka mulai bertanya pada polisi yang menjaga gerbang tersebut. 3 orang keluar dari rumah mewah itu, lelaki yang di borgol itu adalah penyanyi papan atas yang sedang naik daun, dia di duga menggunakan narkoba keterangan yang mereka peroleh. Mereka kembali ke kantor pada pukul 1 Siang dan Aspi mulai menulis berita tersebut, Kahi yang baru datang tanpak membawa 2 burger, Kahi memberikannya pada Aspi dan mereka mulai makan. Ponsel Kahi berdering, 1 pesan masuk “Baiklah Kahi, terima kasih sudah menerima tawaran ini, kita kan berangkat minggu depan” tertulis di layar ponsel Kahi.
Jam menunjukkan pukul 7 malam, didalam kantor tersebut hanya tersisa Kahi dan Aspi. “Pi aku ingin keluar sebentar aku ingin membeli cemilan” Kata Kahi, Aspi hanya mengangguk sambil menatap layar komputernya. Kahi berdiri sembari menunggu lift, lift berbunyi seorang pria menggunkan stelan jas berwarna merah gelap keluar dari lift tersebut. “Pak Amor, ada apa pak? Ke kantor jam segini?” tanya Kahi. Belum sempat Amor menjawab pintu lift tertutup. Kahi sampai di mini market dekat kantor mereka dan dia membeli beberapa bungkus makanan ringan, Kahi juga membeli 2 cup kopi. Kahi kembali ke kantornya. Aspi tidak ada di mejanya, Kahi berkeliling sambil berteriak “Pi kau diamana?”.
Aspi ternyata berada di dalam dapur kantornya, Aspi berdiri didepan wastafel yang terletak disamping pintu dapur, Aspi bertingkah aneh dan seperti memberi kode agar tidak masuk, namun Kahi yang penasaran tetap masuk. Belum sempat dia berbicara seseorang menyergapnya dari belakang dan menodongkan pisau ke lehernya “Kunci pintu itu” ancam orang itu yang ternyata adalah Amor sekertaris Yansen. Aspi mengikuti instruksi Amor karena takut Kahi akan terluka. “Dasar wanita jalang, kalian pikir kalian bisa melawanku? Dasar wanita bodoh, kalian terlalu lemah untuk melawan lelaki seperti ku” kata Amor meremehkan Kahi dan Aspi. Kahi mengeluarkan ponsel dari Saku celananya dan memulai merekam pembicaraan mereka “Haha sudah ku duga kau adalah orang gila yang berlaga seperti monster, kau tidak bisa membunuh kami, kekuatanmu tidak ada apa-apanya dengan kekuatanku” Kata Kahi sombong. “Apa kau bilang? Apa kau ingin nasibmu sama seperti dua pemilik toko itu?” kata Amor sidiki geram. Kahi puas dan melemparkan ponselnya pada Aspi. Kahi lalu menyikut perut Amor amor sedikit terbungkuk dan pisaunya jatuh ke lantai, Kahi lalu meraih tangan Amor dan memutarnya ke punggung Amor, lalu mendorong tubuh Amor ke dinding, Aspi melepon Hido.
“Aspi keluarlah” Kata Kahi sambil melemparkan kunci ke arah Aspi. Aspi nampak bingung dan kahwatir, “aku tidak apa-apa, keluarlah cari bantuan, kuncikan kami dari luar cepat” Kata Kahi sa,bil berusaha melawan kekuatan Amor. Aspi berlari keluar. Amor berjalan mundur dan mendorong tubuh Kahi ke arah kulkas, Kahi terhantam keras ke arah Kulkas dan terduduk. Amor mengambil pisau dan menodongkannya pada Kahi “Akan ku habis kau malam ini” kata Amor sombong, “Pengecut! berpikirlah, pintu ini dikunci kau akan tertangkap malam ini juga, kau pikir aku tak bisa melawan mu?” lawan Kahi, Amor maju dan menampar Kahi, hidung Kahi keluar darah, “Dasar pria gila” teriak Kahi marah sambil menatap darah ditangannya, Kahi maju dan meninju wajah Amor. Amor terduduk dan tampak bingung, Kahi lalu menendang kepala Amor, Amor terbaring. Amor lalu menusuk kaki Kahi dengan pisau yang dia pegang. Kahi terduduk di mengambil kain lap di atas meja dapur kantornya dan mengikat kakinya. Amor masih terbaring, Kahi mengikat tangan amor dengan kabel, lalu kahi duduk di atas Amor. Pandangan Kahi mulai buram, tak lama Aspi datang bersama Hido dan 6 orang polisi, pandangan Kahi gelap dan dia pingsan.
Kahi membuka mata nampak langit-langit berwarna putih. Dia bangun dan sadar bahawa dia berada dirumah sakit, kakinya diperban. Ibunya nampak sedang berbicara pada perawat, Aspi nampak tertidur pulas disampingnya dia lalu membangunkan Aspi dan bertanya pada Aspi apa yang terjadi padanya, “Apa kau lupa ingatan” Tanya Aspi yang tanpak mengantuk, “Tidak aku ingat, apa yang terjadi pada Amor?” Tanya Kahi, “Dia ditangkap, kata Hido dialah tersangka yang mereka cari, dia sudah mengincar kita sejak malam kita mengerjakan berita tentang pemilik toko nail art itu”. Kahi dirawat dirumah sakit selama 2 hari. Kahi kembali bekerja.
“Cinta itui membunuhnya” Kahi mulai menulis berita.
Pembunuhan yang terjadi di lingkungan industri terbesar di Jakarta akhirnya menemukan titik terangnya, pelaku tertangkap dan menurut keterangan yang diperoleh dari kepala penyidik. Motif pembunuhan ini adalah balas dendam akibat cinta yang tak terbalas....”
Apa aku philophobia ?
Pernahkah kau menangis karena jatuh cinta? Pernahkan kau merasakan sakit hati karena jatuh cinta ? Air mata dan sakit karena rasa rendah diri dan ketakutan. Jika saja kau beritahu mereka, maka mereka akan berteriak “Dasar pengecut”, “bodoh, harusnya kau coba dulu”, “tolol jangan menyerah” dan masih banyak lagi. Bahkan sebelum mereka mengucapkan itu padamu hati dan dirimu sudah menyerah.
Apakah Dulu ?
Maaf
Kerlip
Terduduk karena kalap, nafas engap, semua karena gemerlap, isi kepala penuh suara derap, ingin bersedekap, tangis yang harusnya meluap kin...